Tips Membeli Mobil di dalam Perencanaan Keuangan Pribadi


Kebutuhan memiliki kendaraan roda empat bagi sebuah keluarga semakin meningkat. Indikasi ini bisa dilihat dari semakin banyaknya mobil pribadi yang berseliweran di jalan raya, terutama di kota-kota besar.

Selain memudahkan keluarga ketika bepergian, baik untuk urusan pekerjaan maupun urusan rumah tangga, mobil juga melindungi kita dari risiko kehujanan atau kepanasan saat bepergian. Selain itu, mobil Anda pun bisa digunakan membawa barang dalam jumlah banyak. Anda bisa pula menggunakannya untuk tujuan-­tujuan produktif lainnya, seperti mendukung usaha, mengantar anak ke sekolah, dan mengajak keluarga berlibur.
Demi memiliki sebuah mobil, sebagian besar masyarakat di negeri ini rela merogoh koceknya dalam-dalam. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang membeli mobil dengan cara berutang dengan memanfaatkan pinjaman bank atau lembaga pembiayaan (multifinance).

Bukan aset investasi

Banyak orang juga cenderung buru-buru membeli mobil. Aneka tawaran pinjaman atau kredit dengan iming-iming uang muka kecil dan bunga murah menjadi salah satu pemicu munculnya kecenderungan tersebut.
Padahal, menurut Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, mobil atau jenis kendaraan lainnya masuk kategori barang konsumtif. "Mobil adalah benda yang mengalami penyusutan harga (depresiasi) dari tahun ke tahun," katanya. Karena itu, umumnya, mobil tidak bisa dijadikan sebagai aset investasi.
Melihat semua plus-minus tersebut, sebaiknya, Anda membuat perencanaan sebelum membeli mobil. Nah, apa saja yang harus Anda siapkan dalam merencanakan pembelian kendaraan, khususnya mobil? Berikut sejumlah tip sederhana yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:

*Tentukan fungsi dan kegunaan kendaraan

Sebelum memutuskan membeli sebuah mobil, coba Anda renungkan kembali apakah tujuan niat itu untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga atau semata untuk memuaskan keinginan Anda? "Ingat. Membeli mobil merupakan sebuah pengeluaran, meskipun sebagian orang menjadikan mobil sebagai aset," ungkap Risza Bambang, perencana keuangan Shildt Financial Planning.
Risza juga mengingatkan, jangan sampai Anda berniat membeli mobil hanya karena ikut-ikutan segelintir orang yang ada di sekeliling Anda, semisal tetangga, teman, keluarga, atau kolega. Jadi, kata Risza, pastikan dahulu, apa, sih, fungsi atau kegunaan mobil yang Anda beli tersebut untuk kebutuhan sehari-hari? Jika memang Anda menilai belum perlu, ya, jangan memaksakan kehendak itu.
Eko Endarto menambahkan, membeli kendaraan yang difungsikan untuk kegiatan produktif (usaha) berbeda dengan membeli mobil untuk kebutuhan konsumtif. Jika untuk kegiatan usaha, tidak ada salahnya Anda membeli dengan cara kredit. Tapi, jika untuk kebutuhan konsumtif, ada baiknya Anda membelinya secara tunai.

*Lihat kondisi keuangan keluarga

Karena mobil merupakan barang konsumtif, sebelum membeli mobil, Anda harus mengaudit keuangan pribadi atau rumah tangga. Tujuannya untuk mengukur pengeluaran Anda ketika telah memiliki mobil. Caranya, Anda tinggal menghitung penghasilan keluarga per bulan. Setelah itu, hitung berapa pengeluaran keluarga per bulan sebelum membeli mobil.
Nah, setelah angkanya ketahuan, Anda tinggal menghitung komponen biaya yang harus dikeluarkan bila memiliki mobil. Jika menurut perhitungan Anda, penghasilan keluarga belum memadai untuk membeli mobil yang diinginkan, ya, jangan memaksakan diri untuk membeli, meskipun itu sebuah mobil bekas.
Sebagai patokan, Risza menyarankan, nilai mobil itu maksimal sekitar 15% dari total nilai aset yang Anda miliki. Contoh, jika Anda memiliki kekayaan senilai Rp 1 miliar, sebaiknya, Anda hanya memiliki kendaraan senilai RP 150 juta.
Tentu saja, memiliki merek mobil yang memiliki nilai jual kembali (resale value) tinggi lebih baik ketimbang memiliki mobil yang nilai jualnya terus merosot drastis.


Sumber
monjoeydistro

0 komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget
Free counters!
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting